Makalah Al-Islam Kemuhammadiyahan
MAKALAH
MENGHIDUPKAN SEMANGAT AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
DI SEKOLAH
PENDAHULUAN
Muhammadiyah mempunyai kiprah yang banyak bagi bangsa Indonesia. Dipelopori oleh KH Ahmad Dahlan yang mempunyai visi perubahan berkemajuan. Muhammadiyah ialah gerakan pembaharuan Islam yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Pembaharuan dalam bidang pendidikan telah dilakukan Muhammadiyah melalui tiga hal, pertama kurikulum. Pendidikan Muhammadiyah mengajarkan studi agama dan studi umum sekaligus, kedua, pembaharuan metode pembelajaran dari paradigm klasik-modern, ketiga, pembaharuan institusional yaitu perpaduan antara sitem pesantren dan sekolah. Pembaharuan itu tentu akan terus dinamis mengikuti perubahan zaman yang serba cepat.
Pendidikan bagi Muhammadiyah mempunyai arti penting alasannya ialah melalui pendidikan inilah pemahaman perihal aliran agama Islam sanggup ditanamkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Muhammadiyah melkukan jadwal yang positif dengan berbagi pendidikan. Ada dua segi yang menjadi target pembaruan, yaitu impian dan tekhnik pengajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Bagi guru dan karyawan dalam meningkatkan semangat bermuhammadiyah diadakan jadwal darul arqam. Pelaksanaan Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan sanggup mengubah sikap/karakter sesuai dengan arah dan tujuan dan visi sekolah Muhammadiyah yang menyebabkan ciri khusus sekolah Muhammadiyah.
Pendidikan Muhammadiyah mempunyai empat fungsi, yaitu: Pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, Kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan Keempat, lahan kaderisasi. Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon terhadap keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan. Muhammadiyah mempunyai ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Dua hal itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. Seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikan harus melakukan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada forum Muhammadiyah harus dioptimalkan fungsinya. Sehingga empat kiprah dan misi pendidikan Muhammadiyah sanggup berjalan menyerupai yang di cita-citakan. Realitas dilapangan yang menganggap kurang begitu pentingnya AIK di pendidikan Muhammadiyah. Semangat yang kian melemah itu perlu segera kita respon positif.
Optimalisasi pembelajaran AIK bagi guru dan karyawan di sekolah Muhammadiyah dan memvitalkan kembali fungsi AIK yang sudah berjalan dengan mempertimbangkan beberapa aspek.
Tujuan pendidikan Muhammadiyah yang dalam grand desain rencana yang akan mendorong terwujudnya Indonesia yang berkemajuan harus dimulai dengan optimalisai AIK di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Melihat pada keputusan Muktamar 43 banda aceh perihal bidang pendidikan meliputi yaitu pertama, peningkatan kualitas Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok, yaitu pengembangan kualitas, pengembangan keunggulan, pengembangan kekahsan jadwal dan pengenmabngan kelembagaan yang mandiri. Kedua, Menata kembali kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah Muhammadiyah yang meliputi pendidikan al-islam kemuhammadiyahan dan sebagai kekhasan sekolah Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam (Subarkah, 2017).
Menurut Tasman Hamami menjelaskan bahwa selama ini pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di banyak sekali sekolah Muhammadiyah, masih menghadapi problem, di antaranya pada kurikulumnya, sistem pembelajarannya dan guru.
Pertama, kurikulum dan sillabus:
(1) Belum didesain dengan baik sehingga tidak relevan dengan visi dan misi Muhammadiyah;
(2) Masih menitikberatkan aspek pengetahuan, kurang memperhatikan aspek afektif dan
kepribadian (akhlak);
(3) Banyak pengulangan materi pendidikan AIK dari forum pendidikan sebelumnya, tanpa
ada pendalaman;
(4) Kurang sinkron antara tujuan, materi, metode pembelajaran, dan evaluasi;
(5) Lebih padat materi tetapi kurang makna.
Kedua, guru/pendidik:
(1) Belum dipersiapkan secara profesional.
(2) Belum semua guru umumnya mempunyai komitmen terhadap pencapaian tujuan pendidikan
AIK. (3) Belum dimiliki oleh semua jurusan.
(4) Masih sedikit yang memanfaatkan multimedia.
Ketiga, bagi siswa:
(1) Belum mendapat layanan pembelajaran secara profesional.
(2) Belum diberi tantangan untuk berbagi kepribadian dan sikap atas dasar tujuan
dan kompetensi pembelajaran AIK.
(3) Perlu lebih dimotivasi biar mahasiswa mempunyai kebutuhan pengembangan diri melalui
proses pembelajaran AIK.
Keempat, sumber belajar:
(1) Kurang tersedia buku rujukan dan buku teks secara memadai.
(2) Kurang tersedia multimedia pembelajaran.
Kelima, kebijakan:
(1) Belum semua pimpinan menempatkan prioritas penting bagi pendidikan AIK.
(2) Belum ada pendekatan khusus di PTM yang mempunyai mahasiswa.
Dari banyak sekali permasalahan tersebut maka perlunya optimalisasi pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) pada guru di sekolah muhammadiyah untuk mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah. Selain itu juga perlu pedoman pendidikan AIK yang komprehensif guna mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah.
PEMBAHASAN
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
Isi pendidikan AIK ialah ilmu pengetahuan perihal Islam baik aspek normatif maupun historis. Materi pokok Pendidikan AIK selama ini meliputi lima aspek: alQur’an-Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Kemuhammadiyahan (Muhammadiyah, 2013).
Materi pokok AIK ini disamping mempunyai kelebihan juga ada kelemahannya. Kelebihannya lebih bersifat akademis dan kelemahannya ialah kurang dalam memfungsikan agama sebagai landasan moral, motivasional dan spiritual dalam memecahkan problem kehidupan. Materi AIK lebih diarahkan pada pengembangkan abjad insan baik (saleh dan ihsan) yang berbuat baik bagi kepentingan seluruh insan (muslim dan non-muslim) sebagai bukti keislaman seorang Isi pokok materi AIK perlu direkonstruksi dari keilmuan normatif dan historis Islam kepada dimensi-dimensi kehidupan. Dengan cara inilah mahasiswa sanggup kembali kepada al-Qur’an dan Hadits secara cerdas dan fungsional.
Dalam kurun keterbukaan informasi, akomodasi komunikasi dan multikulturalisme, pendidikan yang bersifat transfer of knowledge akan kehilangan relevansi. Pendidikan AIK yang bersifat transformatif bukan sekedar mentransfer ilmu, melainkan mentransformasikan mindset, contoh pemikiran dan metodologi. Dengan cara menyerupai ini, mahasiswa akan bisa mengolah ilmu/informasi yang didapatkan secara kritis, reflektif dan terbuka bukan hanya untuk mencari yang benar, tetapi yang paling benar.
Dalam konteks pemikiran keagamaan, pendidikan yang transformatif akan membentuk mind-set yang tidak taklid buta dan tidak ta’asub golongan atau mazhab, melainkan bisa membedakan permasalahan yang ushul dan yang furu’, mana yang partikuler dan mana yang universal. Pendekatan pembelajaran AIK harus sanggup menggembirakan, mencerdaskan dan mengimankan mahasiswa dengan memperhatikan kecerdasannya.
Pendekatan yang bersifat indoktrinatif dan memandang sesuatu secara hitam putih dianggap tidak relevan lagi. Metode pembelajaran AIK harus kreatif, inovatif, dan bervariasi sehingga sanggup memberi tantangan dan membangkitkan minat serta kebutuhan mahasiswa terhadap AIK.
Evaluasi pendidikan AIK yang lebih megutamakan hasil berguru aspek kognitif cenderung menghasilkan siswa yang having religion dan kurang mempunyai kemandirian belajar. Evaluasi yang diutamakan jenis portofolio, yaitu penilaian yang meliputi proses, hasil dan umpan balik. Evaluasi proses dan hasil berguru AIK juga melibatkan siswa. Mereka sanggup menilai kesungguhan, keterlibatan, kreatifitas dan pencapaian hasil belajar.
Setelah mendapat pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan, siswa diperlukan sanggup memahami, menghayati, mempraktekkan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, baik dalam menjelaskan pemahaman, mempraktekan keterampilan tertentu, ataupun mengamalkan nilai-nilai baik dalam menjalankan amalan yang diperintahkan maupun meninggalkan perbuatan yang dilarang. Oleh alasannya ialah itu penilaian yang diberikan oleh guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan ialah penilaian yang bersifat akumulatif, dari nilai ujian praktek Al Islam dan Kemuhammadiyahan, data bukti atau catatan pelanggaran siswa, maupun sikap mereka. Sehingga penilaian itu menggambarkan keseluruhan sikap siswa dalam seluruh aspek kehidupannya.
Untuk melihat kiprah pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membentuk akhlakul karimah. Sebelum memetik hasil sikap akhlakul karimah, terlebih dahulu ditanamkan aqidah yang berpengaruh kepada siswa. Oleh kesudahannya pelajaran aqidah dan susila harus terus beriringan dan saling berkaitan. Penanaman itu dilakukan dengan menerapkan budaya disiplin, budaya bersih, budaya rapi, budaya ramah, senyum dan sapa. Selain itu membudayakan sholat sempurna waktu, kultum sehabis shalat zuhur dan zikir dan do’a sehabis sholat. Dalam mengungkapkan kedisiplinan dalam menjalankan pembelajaran, siswa mengakui kiprah Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam mengatur waktu semaksimal mungkin.
Pembiasaan tata tertib di kelas ketika perkuliahan Al Islam dan Kemuhammadiyahan terbukti sanggup mencetak pribadipribadi siswa yang menjunjung tinggi kedisiplinan dalam menjalankan tugasnya sebagai siswa. Kepatuhan yang berawal dari keterpaksaan alasannya ialah aturan, berangsur-angsur menjadi sebuah sikap yang benar-benar timbul atas kesadaran eksklusif yang memunculkan sikap kedisiplinan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Sekolah Muhammadiyah dalam mengoptimalkan pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dengan penerapan kurikulum yang sempurna dan mengimplementasikan di sekolah. Seperti melakukan shalat dhuha, shalat zuhur dan asar berjamaah.
Membudayakan disiplin tinggi, dan membudayakan susila yang baik disekolah menyerupai berjabat tangan, mengucapkan salam, senyum dan menyapa guru. Bagi guru dan karyawan dalam meningkatkan semangat bermuhammadiyah diadakan jadwal darul arqam.
Pelaksanaan Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan sanggup mengubah sikap/karakter ke arah yang lebih baik sehabis benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan dan visi sekolah Muhammadiyah. Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan menyebabkan ciri khusus sekolah Muhammadiyah.