Bocah Di Surabaya IA Laporkan Ayahnya Ke Polisi Karena Dipukul
Heboh bocah cilik inisial IA di Surabaya melaporkan ayahnya ke polisi karena dirinya mengalami kekerasan sering dipukul oleh orang tuanya banjir dukungan dari netizen.
Polsek Semampir, Surabaya, Jawa Timur sudah memeriksa orangtua IA, bocah enam- 7 tahun yang diduga dipukul ayah kandung dan ibu tirinya.
Kepala Unit Reskrim Polsek Semampir Ajun Komisaris Junaidi mengatakan, dari hasil pemeriksaan ayahnya mengaku memang memukuli anaknya tersebut. IA, disebut ayahnya sebagai bocah yang hiperaktif dan sering membuat orang tuanya kesal.
Kasus kekerasan orang tua pada anak terjadi lagi di Surabaya Jawa Timur. Berikut penyebab alasan kronologi pemukulan orang tua ayah pada anak kecil di Surabaya baru-baru ini seperti dilansir dari JPNN.
Bocah mungil itu tampak ragu-ragu saat memasuki halaman Polsek Semampir Jumat (11/12). Laki-laki 6 tahun berinisial IA itu akhirnya memberanikan diri bertanya kepada wartawan yang kebetulan berada di teras polsek.
"Iki bener kantor polisi?" tanya bocah itu dalam bahasa Jawa. "Aku mari digepuki ayah ambek mama nganti biru (saya habis dipukuli ayah dan ibu sampai biru," lanjutnya.
Ilham yang masih duduk di bangku TK B ternyata hendak melaporkan orang tuanya kepada polisi. Merasa iba, beberapa wartawan akhirnya mengantar bocah lugu tersebut ke ruangan Kanitreskrim Polsek Semampir AKP Junaidi. Kebetulan, saat itu Junaidi sedang berkumpul dengan beberapa wartawan dan penyidik.
Kepada Junaidi, Ilham mengaku sering dipukul ayahnya, Agus Arifin, dan ibu tiri yang biasa dipanggilnya Mama Sifa. "Wingi digepuk terus, dino iki yo digepuk" ujarnya.
Berita tentang anak yang berani melaporkan orang tuanya ke kantor polisi sendirian ini pun menyebar. Bahkan, netizen pun beramai-ramai memberikan dukungan kepada IA.
Tak sedikit yang terhera-heran dengan nyali dan keberanian IA. “Berita ini mungkin membuktikan bahwa bodoh itu bukan turunan. Buktinya seorang ayah yg bodoh bisa memiliki anak yg cerdas dan berani. Salut dek..,” ujar netizen bernama Cahya Firman di Facebook.
“Semoga kamu menjadi contoh buat anak yang lain, salut banget buat kamu adik kecil.... Tindakanmu banyak orang yg mendukung. Dengan begitu semoga orang tuamu juga orang lainya bisa sadar akan kekejamanya,” tulis pemilik akun Ibu Karina.
“Sedih dengar ceritanya tapi salut banget, dia pasti yang anak cerdas dan memiliki mental yang hebat,” kata Nia Wiajeng. Sehingga foto gambar anak yang luka memar dipukuli ayahnya juga banyak beredar di media online.
Ini pengakuan bocah yang dianiaya dipukuli oleh ayahnya seperti yang dilansir dari Tribunnews.
IA membeberkan nama bapaknya Agus Arifin dan ia tinggal bersama ibu tirinya bernama Sifa. Siksaan IA alami sejak Senin (7/12/2015) lalu, usai pulang dari rumah ibu kandungnya di Jalan Bulak Banteng.
Bukannya menjemput baik-baik, Agus langsung memukul wajah dan menjewer telingan IA sambil memaksanya pulang ke rumahnya di Jalan Wonokusumo VI.
Agus melanjutkan menganiaya sesampainya IA di rumah dan ia disuruh berdiri satu kaki selama beberapa jam. Dua hari berikutnya atau Rabu (9/12/2015), penyiksaan terhadap IA berlanjut entah apa pemicunya. Agus dan Sifa menyiksa bocah yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak itu.
Orangtuanya memukul IA menggunakan bambu di sekujur tubuh dan luka memar masih membekas saat ia datang ke Mapolsek Semampir tadi siang.
Guru sekolah belum mengetahui kekerasan kedua orangtuanya terhadap IA. Sejak kejadian tempo hari itu, Agus melarang IA pergi ke sekolah dan khawatir kekerasan yang ia lakukan terhadap anaknya akan diketahui guru-gurunya. Apalagi kedua kaki IA masih penuh luka memar.
"Saya belum makan sejak pagi. Saya biasanya diberi makan pada malam hari,” Sebenarnya IA ingin pulang ke rumah ibu kandungnya di Jalan Bulak Banteng, tapi khawatir Agus menjemputnya dan kembali menyiksanya.
Kanit Reskrim Polsek Semampir, AKP Junaidi, mengungkapkan IA masih berada di kantor polisi dan memastikan luka di sekujur tubuh korban akibat pukulan benda tumpul.
Junaidi belum berani memastikan luka tersebut akibat penyiksaan kedua orangtua korban atau pihak lain.
Rencananya anggota Unit Reskrim Polsek Semampir akan memanggil orangtua untuk mengonfirmasi keterangan yang disampaikan IA. Polisi juga akan mencari saksi yang mengetahui kejadian itu.
“Korban yang sempat mengaku pernah dipukul di jalan. Pasti ada saksi yang melihat kejadian itu,” sambung Junaidi.
Alasan Penyebab Orang Tua Sering Memukuli Anak Kecil
Ayah IA, adalah warga Wonokusumo VI Surabaya yang berprofesi sebagai tukang becak.
"Anak itu terlalu hiperaktif. Lalu orangtuanya memukul karena jengkel setiap diingatkan tidak pernah digubris," ungkap Junaidi.
Puncaknya, kata Junaidi, sang anak pun dipukul menggunakan bambu pada Senin lalu. "Puncaknya Senin dipukul sama orang tuanya menggunakan bambu kering sampai membekas," katanya.
Pengakuan sang ayah, lanjut Junaidi, setiap malam usai kerja menarik becak, sang anak tidak pernah di rumah. Anaknya yang hiperaktif itu diketahui suka main jauh dari rumah. "Setiap pulang cari anaknya, mainnya sampai kemana-mana. Anaknya hiperaktif maklum dari keluarga yang ekonominya sangat minim," katanya.
Bahkan, ketika diserahkan ke ibu kandungnya, kata Junadi, sang ibu juga kewalahan mengurusi anaknya. Tak cuma sang ibu kandung, pihak sekolah dan guru juga kewalahan menghadapi anak tersebut. "Dari gurunya kewalahan, sekolahnya kewalahan karena kadang saat masih jam sekolah sudah meninggalkan sekolahnya," ujar Junaidi.
Lalu bagaimana pendapat rekan-rekan semuanya...?? Apakah dengan alasan anak hiperaktif dan suka bermain jauh dari rumah membenarkan tindakan kekerasan orang tua ayah dan ibunya untuk memukul anak sampai luka dan memar..???
Polsek Semampir, Surabaya, Jawa Timur sudah memeriksa orangtua IA, bocah enam- 7 tahun yang diduga dipukul ayah kandung dan ibu tirinya.
Kepala Unit Reskrim Polsek Semampir Ajun Komisaris Junaidi mengatakan, dari hasil pemeriksaan ayahnya mengaku memang memukuli anaknya tersebut. IA, disebut ayahnya sebagai bocah yang hiperaktif dan sering membuat orang tuanya kesal.
Kasus kekerasan orang tua pada anak terjadi lagi di Surabaya Jawa Timur. Berikut penyebab alasan kronologi pemukulan orang tua ayah pada anak kecil di Surabaya baru-baru ini seperti dilansir dari JPNN.
Bocah mungil itu tampak ragu-ragu saat memasuki halaman Polsek Semampir Jumat (11/12). Laki-laki 6 tahun berinisial IA itu akhirnya memberanikan diri bertanya kepada wartawan yang kebetulan berada di teras polsek.
"Iki bener kantor polisi?" tanya bocah itu dalam bahasa Jawa. "Aku mari digepuki ayah ambek mama nganti biru (saya habis dipukuli ayah dan ibu sampai biru," lanjutnya.
Ilham yang masih duduk di bangku TK B ternyata hendak melaporkan orang tuanya kepada polisi. Merasa iba, beberapa wartawan akhirnya mengantar bocah lugu tersebut ke ruangan Kanitreskrim Polsek Semampir AKP Junaidi. Kebetulan, saat itu Junaidi sedang berkumpul dengan beberapa wartawan dan penyidik.
Kepada Junaidi, Ilham mengaku sering dipukul ayahnya, Agus Arifin, dan ibu tiri yang biasa dipanggilnya Mama Sifa. "Wingi digepuk terus, dino iki yo digepuk" ujarnya.
Berita tentang anak yang berani melaporkan orang tuanya ke kantor polisi sendirian ini pun menyebar. Bahkan, netizen pun beramai-ramai memberikan dukungan kepada IA.
Tak sedikit yang terhera-heran dengan nyali dan keberanian IA. “Berita ini mungkin membuktikan bahwa bodoh itu bukan turunan. Buktinya seorang ayah yg bodoh bisa memiliki anak yg cerdas dan berani. Salut dek..,” ujar netizen bernama Cahya Firman di Facebook.
“Semoga kamu menjadi contoh buat anak yang lain, salut banget buat kamu adik kecil.... Tindakanmu banyak orang yg mendukung. Dengan begitu semoga orang tuamu juga orang lainya bisa sadar akan kekejamanya,” tulis pemilik akun Ibu Karina.
“Sedih dengar ceritanya tapi salut banget, dia pasti yang anak cerdas dan memiliki mental yang hebat,” kata Nia Wiajeng. Sehingga foto gambar anak yang luka memar dipukuli ayahnya juga banyak beredar di media online.
Ini pengakuan bocah yang dianiaya dipukuli oleh ayahnya seperti yang dilansir dari Tribunnews.
IA membeberkan nama bapaknya Agus Arifin dan ia tinggal bersama ibu tirinya bernama Sifa. Siksaan IA alami sejak Senin (7/12/2015) lalu, usai pulang dari rumah ibu kandungnya di Jalan Bulak Banteng.
Bukannya menjemput baik-baik, Agus langsung memukul wajah dan menjewer telingan IA sambil memaksanya pulang ke rumahnya di Jalan Wonokusumo VI.
Agus melanjutkan menganiaya sesampainya IA di rumah dan ia disuruh berdiri satu kaki selama beberapa jam. Dua hari berikutnya atau Rabu (9/12/2015), penyiksaan terhadap IA berlanjut entah apa pemicunya. Agus dan Sifa menyiksa bocah yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak itu.
Orangtuanya memukul IA menggunakan bambu di sekujur tubuh dan luka memar masih membekas saat ia datang ke Mapolsek Semampir tadi siang.
Guru sekolah belum mengetahui kekerasan kedua orangtuanya terhadap IA. Sejak kejadian tempo hari itu, Agus melarang IA pergi ke sekolah dan khawatir kekerasan yang ia lakukan terhadap anaknya akan diketahui guru-gurunya. Apalagi kedua kaki IA masih penuh luka memar.
"Saya belum makan sejak pagi. Saya biasanya diberi makan pada malam hari,” Sebenarnya IA ingin pulang ke rumah ibu kandungnya di Jalan Bulak Banteng, tapi khawatir Agus menjemputnya dan kembali menyiksanya.
Kanit Reskrim Polsek Semampir, AKP Junaidi, mengungkapkan IA masih berada di kantor polisi dan memastikan luka di sekujur tubuh korban akibat pukulan benda tumpul.
Junaidi belum berani memastikan luka tersebut akibat penyiksaan kedua orangtua korban atau pihak lain.
Rencananya anggota Unit Reskrim Polsek Semampir akan memanggil orangtua untuk mengonfirmasi keterangan yang disampaikan IA. Polisi juga akan mencari saksi yang mengetahui kejadian itu.
“Korban yang sempat mengaku pernah dipukul di jalan. Pasti ada saksi yang melihat kejadian itu,” sambung Junaidi.
Alasan Penyebab Orang Tua Sering Memukuli Anak Kecil
Ayah IA, adalah warga Wonokusumo VI Surabaya yang berprofesi sebagai tukang becak.
"Anak itu terlalu hiperaktif. Lalu orangtuanya memukul karena jengkel setiap diingatkan tidak pernah digubris," ungkap Junaidi.
Puncaknya, kata Junaidi, sang anak pun dipukul menggunakan bambu pada Senin lalu. "Puncaknya Senin dipukul sama orang tuanya menggunakan bambu kering sampai membekas," katanya.
Pengakuan sang ayah, lanjut Junaidi, setiap malam usai kerja menarik becak, sang anak tidak pernah di rumah. Anaknya yang hiperaktif itu diketahui suka main jauh dari rumah. "Setiap pulang cari anaknya, mainnya sampai kemana-mana. Anaknya hiperaktif maklum dari keluarga yang ekonominya sangat minim," katanya.
Bahkan, ketika diserahkan ke ibu kandungnya, kata Junadi, sang ibu juga kewalahan mengurusi anaknya. Tak cuma sang ibu kandung, pihak sekolah dan guru juga kewalahan menghadapi anak tersebut. "Dari gurunya kewalahan, sekolahnya kewalahan karena kadang saat masih jam sekolah sudah meninggalkan sekolahnya," ujar Junaidi.
Lalu bagaimana pendapat rekan-rekan semuanya...?? Apakah dengan alasan anak hiperaktif dan suka bermain jauh dari rumah membenarkan tindakan kekerasan orang tua ayah dan ibunya untuk memukul anak sampai luka dan memar..???